Kisah Sedih Kuntilanak di Bulan Ramadan

Agen Judi Onlaine - Suatu malam, hantu pocong sedang lewat di sebuah kebun yang sangat rimbun dengan pepohonan besar dan tinggi. Kebun yang tampaknya tidak ada pemiliknya karena tidak terurus dan terkesan angker, namun itu memang menjadi tempat pertemuan para hantu, dari berbagi jenis mulai dari gondoruwo, pocong, glundungpringis, suntil bolong, kemamang, hingga kuntil anak.

Dengan tak sengaja hantu pocong melihat hantu kuntilanak sedang duduk melamun di atas cabang pohon yang rimbun. Hantu pocong pun memangilnya, Namun tak biasanya hantu kuntilanak hanya berdiam diri tanpa menyambut pangilan itu, dengan tawaknya khas dan membuat berdiri bulukuduk manusia yang mendengarnya.

Hantu pocong pun terheran dan ia mendatangi hantu kuntianak. Hantu Kuntilanak yang biasanya sering riang dan tertawa cekikikan itu memang kelihatan sedang murung.

Bandar Judi Online Terpercaya - Hai kuntilanak, tidak seperti biasanya kamu murung seperti itu, kamu menyadari disini, pdahal kawan-kawan para hatu sudah berkumpul di pohon sana, ada apa? Uajar hantu pocong.

Kamu tahu besok bulan Ramadan sudah tiba dan aku lagi bersedih hati! Apakah kam tidak bersedih dengan datangnya bulan Ramadan ini? ujaran hantu kuntilanak kepada pocong.

Kalau dibilang sedih ya semua bangsa hantu sedih. Tapi ini bukan sekali ini, sudah bertahun-tahun kita lewati, dan bukan hanya satu bulan dalam satu tahun, kan sudah biasa kita lalui, kata pocong.

Memang hanya satu bulan, tetapi aku sangat sedih, aku tidak bisa mengganggu dan bermain dengan anak-anak kecil lagidi bulan ini. Kamukan tahu, kebahagian aku satu-satunya di dunia ini adalah bisa menggendong anak-anak manusia itu, walau pun hanya sekejap.

Sementara di bulan Ramadan ini dan sebulan penuh aku tidak akan bisa menyentuh mereka, mereka selalu dijaga. Disetiap rumah dan mesjid selalu ada orang mengaji, ujar kuntilanak.

Bulan Ramadan tahun yang lalu aku sangat tidak tahan untuk menggendong anak manusia dan aku paksakan mengganggu dan mengambil akan  manusaia  yang sedang sendiri di suatu kamar, yang sedang ditinggal ibunya berbuka puasa di ruangan makan. Aku mau ambil dan mau aku gendong anak itu, dan tapi anak itu tahu lalu menjerit. Lalu ibunya datang menghampirinya dan akupun segera pergi sambil kesakitan, kata kuntilanak.

Dengan rasa panas itu pun sampai hari ini masih terasa, aku sangat tidak biasa melupakan[nya. Aku tidak tahu, kenapa orang yang berpuasa, yang hanya tidak makan dan tidak minum  seharian saja, Hawanya terlalu panas bagiku, seakan membakar tubuhku ini? ujaran kuntilanak. Itukan sudah lama di peringatkan oleh ketua kita, jangan ganggu manusaia yang sedang berpuasa dan kamunya saja yang nekad, ujar pocong.

Aku sangat tidak tahan jika menggendong anak manusia sehari saja, apalagi harus sebulan! maka itu, bulan Ramadan tahun lalu aku memaksakan didri untuk mengendong anak manusaia dan tetapi aku gagal, ujar kuntilanak kepada pocong.

Agen Judi Online Terpercaya - Sudahlah, jangan sedih, sementara kan kamu masih bisa menggendong tuyul atau hantu anak-anak, hanya sebulan saja kok, hiburan pocong kepada kuntilanak. Kamu sembarangan, aku ini kuntilanak dan kerjaanku adalah menggoda dan mengambil anak manusia, bukan menggoda tuyul atau anak-anak hatu,  sudah pergisana, ujaran kuntilanak saking sebelnya.

Kamu begitu saja marah, aku kan cuma mau mencarikan solusi buat kamu di bulan Ramadan nanti, dan kok malah-marah, ujar pocong.

Sok pintar kamu, klok pintar kamu, kamu tidak jadi hantu pocong sekarang, tapi jadi manusia, ujaran kuntilanak.

Agen Judi Online Uang Asli - Ya sama juga kalok kamu lebih pintar dari pada aku, mestinya kam juga tidak jadi kuntilanak, tapi jadi manusia juga, dan kata pocong sambil pergi dari hadapan  hantu kuntilanak menuju tempat pertemuan para hantu.

Hmmm! benar juga apa kata pocong itu, kalau aku pintar ya mestinya aku jadi manusia. Berarti aku juga bodoh sama seperti si pocong itu, kata kuntilanak sambil melayang di udara dan melompat dari cabang pohon yang satu ke cabang yang satunya untuk menuju tenpat pertemuan hantu lainya.